Sabtu, 03 Mei 2014

Ke dokter gigi tidak cukup satu kali!

Judul di atas merupakan pendapat umum dan hampir semua orang memercayainya. Pendapat ini memang ada benarnya kalau diterapkan pada masyarakat Indonesia yang umumnya takut ke dokter gigi. Karena takut ke dokter gigi, jalan keluar yang diambil pada saat sakit gigi adalah mengobati sendiri. Jalan lain adalah membiarkannya hingga sakitnya hilang sendiri. Toleransi terhadap rasa sakit begitu baiknya, sehingga rasa sakit akibat proses perusakan gigi yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dapat dikalahkan oleh rasa takut ke dokter gigi. Ketika rasa sakit tidak tertahankan lagi, kunjungan ke dokter gigi baru menjadi kebutuhan.

Dengan riwayat perjalanan penyakit gigi yang demikian panjang, tentu dapat dibayangkan seperti apa kondisi gigi yang harus dihadapi oleh dokter gigi. Kerusakan bukan hanya terjadi pada gigi saja, tapi bisa juga mengenai jaringan penyanggah. Bukan tidak mungkin kerusakan sudah mengenai gigi tetangga atau organ-organ di sekitar rongga mulut. Kalau sudah demikian, tentunya perawatan tidak mungkin dilakukan hanya dalam satu waktu kunjungan. Perawatan gigi yang sudah berlubang besar dan dalam memang tidak cukup satu kali. Gigi dengan lubang besar dan dalam merupakan tempat bermukim bakteri penyebab kerusakan gigi.

Pembersihan lubang dari sisa makanan, kotoran dan jaringan gigi yang sudah mati saja tidak cukup. Ada saluran halus di dalam gigi yang juga harus dibersihkan. Saluran halus ini merupakan tempat yang sangat nyaman bagi bakteri, karena tempatnya tidak terjangkau sinar dan oksigen. Pembersihan bagian inilah yang memerlukan kunjungan berkali-kali. Bila dalam kunjungan pertama, telah digunakan jarum-jarum halus untuk membersihkan gigi, ini adalah petunjuk bahwa perawatan gigi ini memerlukan lebih dari satu kali kunjungan. Jarum-jarum ini digunakan untuk membersihkan saluran-saluran halus dalam gigi.

Pembersihan secara mekanis tidak cukup. Harus ditambah lagi dengan pembersihan secara biologis, yaitu dengan menggunakan obat-obatan sterilisasi secara bergantian, sedikitnya 2 macam.
Ini baru perawatan satu gigi. Seseorang yang takut ke dokter gigi biasanya justru mempunyai banyak masalah di rongga mulutnya yang terakumulasi sejak bertahun-tahun. Kalau sudah seperti ini, masalah bukan hanya menimpa gigi-gigi saja, tapi juga persendian rahang, bentuk wajah dan panjang serta ketegangan otot-otot wajah. Akibatnya perawatan dan rehabilitasi menjadi rumit dan biasanya hasilnya tidak maksimal, meskipun dilakukan dalam berkali-kali kunjungan.

Dokter gigi memang menjadi menakutkan dan menyebalkan bila masalah dalam rongga mulut sudah berlarut-larut. Karena itu, sebelum muncul rasa sakit, ngilu pada gigi atau perdarahan pada gusi, sebaiknya memeriksakan keadaan rongga mulut Anda pada dokter gigi. Kalau ditemukan kelainan secara dini, tidak perlu berkali-kali mengunjungi dokter gigi untuk mendapatkan perawatan.

10 komentar:

  1. dok. melinda ...
    kira kira tarif cabut gigi untuk yang tinggal akar giginya saja berapa yach ...

    BalasHapus
  2. Ini Vedya yang di rocketmail ya? saya sudah jawab ke emailmu

    BalasHapus
  3. dok saya Iin..
    Saya sudah menjalani perawatan saluran akar sebanyak 3 kali. Namun gigi saya masih terasa meradang dan berdenyut-denyut. Kalau disentuh sakit sekali sehingga saya kesulitan kalau mau mengunyah makanan. Wajar gak sih dok tiga kali psa tetapi gigi saya masih meradang?

    BalasHapus
  4. Iin, tidak ada yang pasti dalam setiap kerja yang dilakukan manusia, termasuk yang dilakukan drg. Melakukan perawatan saluran akar adalah suatu usaha untuk mempertahankan gigi dalam mulut. Meskipun telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar, bisa saja terjadi kegagalan. Bila sudah lebih dari 3 kali dirawat, masih terjadi keradangan, ada kemungkinan terjadi kegagalan.

    BalasHapus
  5. Oo gitu yah dok...
    Misalnya memang psanya gagal, saya harus gimana dok?

    BalasHapus
  6. Kalau psa gagal, maaf.... gigi terpaksa harus dicabut

    BalasHapus
  7. Halo dok saya Eki,


    Sebelumnya sudah ditambal sementara dan tidak ada keluhan (gigi sudah di PSA). Gigi saya tidak sakit sama sekali saat itu. Seminggu kemudian tepatnya 2 hari lalu gigi saya akhirnya ditambal yang sewarna gigi tapi tidak disinar.

    Pada saat penambalan itu gigi saya baik2 saja. Tapi keesokan harinya gigi terasa berdenyut2 dan sakit ketika mengunyah. Kemudian tadi pagi sakit di gigi hilang namun muncul bengkak di gusi. Dan gak sengaja bengkaknya itu pecah dan mengeluarkan nanah.

    Dok apakah tambalan digigi saya harus dibongkar? Atau bisakah saya hanya minum obat anti bengkak saja?

    BalasHapus
  8. Pembengkakan di gusi menandakan adanya infeksi bakteri, bisa berasal dari gigi yang dirawat, bisa juga dari jaringan penyangga gigi. Obat anti bengkak hanya menghilangkan gejala pembengkakan saja, tapi tidak bakterinya. Bila bakteri masih ada, suatu saat nanti akan menyebabkan pembengkakan lagi. Karena itu, tambalan harus dibongkar dan gigi harus dirawat.

    BalasHapus
  9. gigiku tinggal tunggulnya doang susah banget nyabutnya...klo lagi sakit nyut-nyut banget gimana cara nyabutnya....

    BalasHapus
  10. Bagian tersulit dalam pencabutan gigi memang bagian akar, karena akar melekat pada jaringan penyangganya. Kalau jaringan penyangga sehat dan berfungsi baik, akar gigi tidak bisa lepas begitu saja atau dicabut sendiri. Untuk itulah drg belajar bertahun-tahun, salah satunya belajar memahami sifat gigi-gigi di seluruh mulut berikut jaringan di sekitarnya, juga teknik mencabut gigi yang tidak dapat dipertahankan dalam mulut. Pergilah ke drg untuk mencabut gigi tersebut.

    BalasHapus

Bersabarlah. Pertanyaanmu tidak akan muncul sekarang. Tidak perlu mengetik ulang pertanyaanmu. Kalau saya tidak sibuk, dalam beberapa jam pertanyaanmu berikut jawabannya akan muncul. Kalau saya sibuk atau cuti, mungkin perlu waktu sekitar 7 hingga 10 hari. Silakan beri tanda centang di kotak di depan "Beri tahu saya". Kalau IDmu jelas, akan ada email notifikasi saat komentarmu dan jawaban saya muncul.