Tampilkan postingan dengan label halitosis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label halitosis. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Mei 2014

Kontroversi kandungan bahan penghilang bau mulut

Ditulis oleh Melinda seperti yang termuat di Harian Kompas 19 April 2002

Paparan iklan-iklan permen penyegar mulut, larutan kumur, maupun pasta gigi membuat banyak orang memperhatikan mulut sebagai bagian dari penampilan. Sebagian besar iklan menekankan, orang yang mempunyai bau mulut tidak sedap tidak diterima oleh lingkungannya. Akibatnya, kini makin banyak orang yang menderita halito-fobia, merasa bau mulutnya sangat mengganggu, meskipun sebetulnya tidak ada masalah.

Umumnya produk-produk yang ditawarkan memang bisa mengatasi bau mulut tidak sedap segera setelah dipakai, karena mengandung bahan-bahan penyegar mulut. Bahan-bahan yang terkandung dalam produk-produk tersebut biasanya berupa zat beraroma segar, minyak esensial, alkohol, dan baking soda yang menghambat pertumbuhan plak serta memberi kesan kesat di mulut, serta antiseptik yang membunuh bakteri penyebab bau mulut.

Sayangnya, sebagian besar bahan-bahan yang diunggulkan sebagai penyegar mulut itu justru menyebabkan masalah bau mulut menjadi berkepanjangan.


Permen penyegar mulut umumnya mengandung bahan mint atau minyak esensial untuk mengatasi bau mulut. Selain itu, sebagai pemanis ditambahkan gula. Gula dalam permen akan menyebabkan masalah bau mulut yang lain, karena gula akan diurai oleh bakteri dalam mulut menjadi zat yang bersifat asam dan berbau.

Demikian pula halnya dengan kandungan permen karet. Proses mengunyah permen karet sendiri sebetulnya mengatasi bau mulut karena pengunyahan akan akan merangsang produksi air liur. Air liur yang banyak menyebabkan kondisi mulut kaya oksigen sehingga bakteri anaerob penyebab bau mulut tidak dapat berkembangbiak. Tetapi, pengunyahan yang berlebihan akan menyebabkan kerja kelenjar liur berlebihan, selain menyebabkan perut tidak nyaman.

Pasta gigi mengandung beberapa bahan, di antaranya yang sering menjadi unggulan adalah baking soda untuk menghambat pertumbuhan plak. Memang, baking soda menyebabkan mulut terasa kesat dan bersih, tetapi sifat basa baking soda justru mengacaukan kondisi keasaman mulut yang seharusnya bersifat asam. Keadaan ini akan memperparah bau mulut.

Bahan lainnya adalah peroksida yang terkandung dalam pasta gigi sebagai pemutih gigi. Peroksida tidak hanya akan memutihkan gigi, tetapi juga mengiritasi jaringan lunak mulut, yang dalam jangka panjang akan menyebabkan radang.

Bahan yang terdapat pada hampir semua pasta gigi adalah sodium lauryl sulfat (SLS), yaitu surfaktan yang berfungsi untuk menciptakan busa. Bahan ini sebetulnya sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa untuk membersihkan gigi, apalagi untuk mengatasi bau mulut. SLS justru menyebabkan mulut kering, trauma mikroskopik, kerusakan membran sel jaringan lunak mulut yang mengakibatkan munculnya ulkus di mulut. Pada orang-orang tertentu yang sensitif, sering muncul luka seperti sariawan karena pemakaian pasta gigi.

Obat kumur atau semprot umumnya mengandung antiseptik untuk membunuh bakteri penyebab bau mulut. Penggunaan secara rutin akan menyebabkan keseimbangan flora dalam mulut terganggu. Penurunan jumlah bakteri mulut akan menyebabkan tumbuhnya jamur, akibatnya muncul masalah bau mulut yang lain.

Kandungan lain yang terdapat dalam obat kumur adalah alkohol. Selain sebagai antiseptik, juga memberi kesan kesat dan bersih. Akibat sampingan alkohol adalah menurunya produksi air liur yang akan memperparah bau mulut dan mengiritasi mukosa yang menyebabkan penebalan jaringan mukosa serta meningkatkan risiko terjadinya kanker mukosa mulut.

Untuk mengatasi atau menghindari bau mulut sesaat, penggunaan produk-produk di atas memang bermanfaat. Tetapi mengingat efek jangka panjangnya, sebaiknya produk-produk tersebut tidak digunakan secara terus-menerus.

Bahan baru

Penelitian beberapa tahun terakhir membuktikan bahwa penyebab bau mulut adalah senyawa belerang yang mudah menguap. Senyawa ini merupakan produk sejenis bakteri anaerob yang tinggal di dalam mulut, terutama di antara papila-papila lidah.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, saat ini beberapa produsen telah membuat bahan-bahan penyegar mulut yang mengandung senyawa yang langsung dapat mengatasi penyebab bau mulut, yaitu chlorine dioxide atau sodium chlorite. Kedua senyawa ini akan mengoksidasi senyawa belerang yang berbau menjadi senyawa yang tidak berbau. Selain itu senyawa ini juga menciptakan kondisi mulut yang "kaya oksigen" sehingga bakteri anaerob, produsen senyawa belerang itu tidak dapat berkembang biak.

Akhirnya, alih-alih menggunakan bahan-bahan penyegar mulut, penyikatan gigi dan lidah secara seksama merupakan cara yang terbaik untuk mencegah munculnya bau mulut. Bila hal ini sudah dilakukan, namun bau mulut tak sedap masih ada, kemungkinan penyebabnya ada pada kelainan di gigi atau di jaringan sekitar gigi.