Selasa, 15 Mei 2012

Gigi dicrown ?

Ditulis oleh Melinda


Dalam sebuah milis yang berusia sekitar 5 bulan tapi telah memiliki anggota lebih dari 100 milister, sempat muncul sebuah idiom olok-olok berkaitan dengan gigi, yaitu DICROWN. Mudah-mudahan tulisan di bawah ini cukup menjelaskan maksud GIGI DICROWN.

Istilah crown dalam dunia kedokteran gigi mempunyai arti yang sebenarnya, yaitu mahkota. Bagian gigi yang tampak di rongga mulut disebut mahkota (crown). Mahkota terbentuk berlapis dimulai dari lapisan email yang terletak paling luar, diikuti dentin dan kemudian rongga pulpa di bagian paling dalam yang berisi pembuluh darah, syaraf dan sel-sel pembentuk gigi. Bagian yang tidak kelihatan, tertanam di dalam gusi disebut akar.

Jadi tanpa harus dicrown, gigi sudah mempunyai mahkota. Tampaknya dewasa ini istilah crown lebih banyak digunakan untuk menunjuk mahkota tiruan. Istilah ini pasti muncul dari kalangan dokter gigi juga. Mungkin istilah mahkota tiruan dianggap kurang keren , sehingga dipakai istilah lain yang berbau asing : crown. Dalam tulisan ini selanjutnya istilah crown akan dipakai menggantikan istilah mahkota tiruan, semata-mata karena lebih pendek, sehingga lebih cepat ditulis.

Crown umumnya dipasang pada gigi untuk merestorasi gigi yang bentuknya tidak utuh, yang disebabkan oleh proses karies (penyakit gigi berlubang), patah, terkikis atau sebab lainnya. Crown dipakai juga untuk memperbaiki bentuk gigi yang terlalu kecil, posisi gigi yang tidak normal, warna gigi yang kurang baik. Masih ada beberapa hal khusus yang dapat diatasi dengan cara memasang crown pada gigi.


Crown sebagai bahan restorasi gigi

Gigi yang berlubang umumnya dapat direstorasi dengan bahan tambalan bila lubang belum terlalu besar. Artinya struktur gigi yang tersisa masih cukup banyak, sehingga dapat "memegang" bahan tambalan pada tempatnya. Bila lubang sudah sedemikian besarnya, sehingga meliputi dua atau tiga permukaan lebih, restorasi dengan bahan tambalan seperti amalgam, resin komposit atau ionomer kaca tidak akan dapat bertahan lama. Karena itu prinsip "gigi memegang bahan restorasi" harus diganti dengan "bahan restorasi memegang gigi". Di sinilah crown digunakan, karena bahan restorasi ini secara fisik akan terlihat seperti mahkota gigi sesungguhnya. Bukan hanya terlihat, tetapi juga menggantikan fungsi mahkota gigi sesungguhnya.

Gambar di sebelah ini menunjukkan 7 buah "crown yang memegang gigi". Ukuran crown dibuat sesuai dengan ukuran gigi asli, demikian juga bentuknya. Karena gigi belakang yang "dicrown", maka bentuknya juga disesuaikan dengan bentuk asli gigi belakang yang banyak memiliki tonjolan dan celah, sehingga dapat dipakai untuk mengunyah.



Untuk merestorasi gigi yang berlubang dengan crown, gigi harus diasah pada beberapa bagian untuk menyiapkan tempat bagi crown agar mempunyai ketebalan yang cukup. Ketebalan crown harus cukup agar tahan terhadap tekanan kunyah. Tapi juga tidak boleh terlalu tebal sehingga bila rahang bawah dan atas dikatupkan, crown tidak kontak lebih dahulu dengan gigi antagonisnya dibandingkan gigi lainnya.

Karena fungsinya untuk merestorasi gigi, crown juga dapat memperbaiki posisi gigi yang tidak pada tempatnya. Dengan mengasah sisi gigi yang menonjol lebih banyak dan di sisi lainnya lebih sedikit, crown dapat dipasang lebih ke arah dalam sehingga posisi gigi terkoreksi.

Bila gigi terlalu kecil sehingga menimbulkan celah yang cukup besar di antara gigi, pemasangan crown akan membuat gigi terlihat lebih bagus dan makanan tidak mudah menyelip di antara gigi.

Bahan crown

Saat ini crown dapat dibuat dari berbagai macam bahan, tergantung kebutuhan. Bila gigi yang akan dipasang crown adalah gigi depan, faktor estetik merupakan pertimbangan pertama, karena itu harus dibuat dari bahan yang dapat meniru warna gigi. Bahan yang sekarang ini ada di pasaran adalah akrilik, porselen dan logam berlapis porselen. Akrilik dapat meniru warna gigi, harganya tidak terlalu mahal, tapi mudah berubah warna dan terkikis karena proses mengunyah. Sedangkan porselen dapat meniru warna gigi, tidah mudah berubah warna dan tidak terkikis oleh prose mengunyah. Tingkat kesulitan yang tinggi dalam proses pembuatan crown dari porselen dan mahalnya bahan baku membuat tingginya harga crown dari porselen.

Logam berlapis porselen dibuat untuk bila gigi terlalu tipis sehingga tidak bisa diasah terlalu tebal untuk memberi tempat bagi restorasi porselen. Ruangan yang diperlukan logam tidak sebanyak yang diperlukan porselen, sehingga pengasahan gigi juga tidak terlalu banyak.

Untuk merestorasi gigi belakang, dapat digunakan bahan logam atau porselen. Porselen yang utuh tanpa celah mempunyai kekuatan yang sama dengan logam. Karena itu demi estetika, porselen sering digunakan untuk pembuatan crown pada gigi belakang. Logam merupakan bahan yang kuat terhadap tekanan kunyah dan tidak memerlukan ruang terlalu banyak sehingga pengasahan gigi lebih sedikit dibandingkan untuk pengasahan untuk porselen.

Selain itu, sekarang juga mulai digunakan bahan komposit resin sebagai bahan crown. Jika struktur gigi yang sehat masih banyak, bahan ini dapat dijadikan pilihan. Alasannya karena komposit resin tidak memerlukan ruangan terlalu banyak sehingga sisa gigi yang sehat tidak perlu diasah terlalu banyak. Perkembangan teknologi produksi komposit resin sudah sangat baik, sehingga memuaskan secara estetika. Warna komposit resin dapat disesuaikan dengan warna gigi asli, meskipun perubahan warna dapat terjadi setelah dipakai cukup lama karena pengaruh makanan. Selain itu belum ada yang dapat menggantikan kekuatan logam terhadap daya kunyah. Biasanya setelah 2 tahun, harus direstorasi ulang. Harga restorasi berbahan komposit resin relatif lebih murah dibandingkan porselen dan logam.


Dengan pertimbagan estetika dan fungsional, ada beberapa modifikasi terhadap model-model crown yang disebutkan di atas. Diantaranya crown logam dengan jendela porselen di bagian yang menghadap muka, jembatan yang merupakan rangkaian beberapa crown untuk menggantikan gigi yang sudah tidak ada, dan lain-lain.
Keputusan untuk membuat crown untuk merestorasi gigi dan pilihan jenis bahan yang digunakan sebaiknya didiskusikan dulu dengan dokter gigi, agar hasilnya memuaskan.

Jumat, 04 Mei 2012

Masalah yang kadang-kadang muncul setelah pencabutan gigi


Tulisan ini merupakan tulisan kedua yang dibuat untuk melengkapi tulisan pertama berjudul Setelah pencabutan gigi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul menanggapi tulisan tersebut. 

Bila masa 24 jam setelah pencabutan terlewati tanpa masalah, proses penyembuhan luka bekas pencabutan gigi akan berlangsung dengan baik. Tidak ada perawatan dan pengobatan khusus yang diperlukan untuk membantu proses penyembuhan luka. Air liur yang terus menerus berkontak dengan daerah luka mempunyai efek penyembuhan yang sangat ampuh. Selain itu, tidak ada makanan yang perlu dipantang. Sebaliknya, makanan harus bergizi tinggi agar tubuh mampu melakukan proses penyembuhan secara alamiah. 

Kadang-kadang ada orang yang mendapatkan masalah setelah satu atau dua hari setelah pencabutan. Ini adalah kasus-kasus yang jarang terjadi, biasanya terjadi akibat proses pencabutan yang sulit dan daya tahan tubuh yang kurang baik. Namun keadaan jarang ini justru yang diingat orang dan disebar-luaskan ke orang lain, sehingga dianggap sebagai hal yang sering terjadi. 

Proses pencabutan yang sulit biasanya meninggalkan trauma fisik pada jaringan yang ditinggalkan sehingga proses penyembuhan juga berlangsung lebih lama. Trauma fisik dapat menyebabkan munculnya rasa sakit, pembengkakan, pembentukan lapisan putih keabuan di atas luka, pembentukan gumpalan darah berwarna hitam. Perlukah kembali ke dokter gigi atau dibiarkan saja? 

Rasa sakit

Rasa sakit yang muncul setelah efek obat bius habis adalah sebetulnya merupakan hal lumrah, seperti bila terjadi luka pada bagian tubuh lain. Rasa sakit berupa ngilu dan berdenyut-denyut akibat luka pencabutan bersifat relatif, tergantung ambang rasa sakit pasien. Untuk pencabutan gigi dengan tingkat kesulitan rendah, dalam beberapa jam sudah tidak terasa sakit oleh orang dengan ambang rasa sakit tinggi. Sedangkan pada orang dengan ambang rasa sakit sangat rendah, rasa sakit bahkan masih terasa hingga 1-2 minggu. 

Rasa sakit dapat diatasi dengan obat analgesik yang dijual bebas di pasaran, seperti jenis parasetamol, asam asetil salisilat atau asam mefenamat. Gunakan hanya jika perlu saja. Bila sampai 2 hari rasa sakit masih ada bahkan disertai pembengkakan, ini berarti ada gangguan dalam proses penyembuhan, bisa karena lubang bekas pencabutan kotor, bisa karena terjadi pembekuan darah terlalu cepat, atau hal-hal lain. Kalau terjadi demikian, sebaiknya kembali ke dokter gigi Anda untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut.

Kadang-kadang rasa sakit terjadi bukan hanya pada bekas luka pencabutan, tapi juga pada gigi yang berada di depan atau belakang bekas gigi yang dicabut. Rasa sakit terasa seperti ditekan, atau gigi terasa mau lepas, atau terasa sakit saat menggigit. Rasa sakit ini merupakan gejala peradangan pada jaringan penyangganya. Peradangan akibat proses pencabutan ini tidak bersifat menetap dan akan berangsur-angsur sembuh sendiri.

Gumpalan darah

Bila terlihat gumpalan darah yang kehitaman dan lapisan putih di atasnya pada luka bekas pencabutan tanpa disertai rasa sakit, tidak perlu kuatir. Hal ini merupakan salah satu efek trauma pada jaringan. Bagian ini nantinya akan terlepas sendiri karena merupakan jaringan mati. 

Pembengkakan

Pembengkakan bisa terjadi akibat pencabutan gigi yang sulit. Pembengkakan terjadi akibat beku darah yang berkumpul pada jaringan di sekitar luka. Pembengkakan ini menyebabkan otot-otot di sekitar mulut kaku sehingga ada kesulitan dalam membuka mulut. Bila tidak ada infeksi, pembengkakan dan kekakuan otot dapat diatasi dengan melakukan kompres hangat dan banyak melakukan gerakan buka-tutup mulut. 

Lapisan putih keabuan 

Lapisan putih keabuanpada lubang bekas pencabutan yang disertai rasa sakit luar biasa dan muncul 1-2 hari setelah pencabutan, merupakan akibat kelainan proses penyembuhan. Keadaan seperti ini harus ditangani oleh dokter gigi. Luka bekas pencabutan harus dibersihkan lagi dan memerlukan terapi antibiotika. 

Gigi tertinggal?

Kadang-kadang terlihat bintik putih pada gusi disekitar lokasi pencabutan yang terasa keras bila disentuh. dan menimbulkan rasa sakit. Sering orang menganggapnya sebagai sisa gigi yang belum tercabut dan sebagian besar dugaan ini adalah salah. Benda keras berwarna putih pada gusi adalah pecahan tulang atau puncak tulang yang mengelilingi gigi yang dicabut. Sebaiknya Anda ke dokter gigi yang sebelumnya mencabut gigi Anda untuk membereskan tulang yang membandel ini. 

Rasa sakit dan kaku

Proses pencabutan yang sulit kadang-kadang memang meninggalkan masalah pada hari kedua atau berikutnya. Namun seringkali masalah-masalah itu disebabkan oleh ketakutan berlebihan akan tindakan pencabutan, misalnya takut membuka mulut, takut menyikat gigi atau takut makan. Padahal mengunakan rongga mulut dengan wajar sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka.

Mulut yang dibiarkan terus menutup akan membuat otot-otot kaku dan sakit. Higienitas mulut harus tetap terjaga untuk menciptakan lingkungan di sekitar luka yang sehat dengan melakukan sikat gigi dan berkumur. Makan harus tetap dilakukan, tanpa ada pantangan apapun agar kondisi tubuh memungkinkan bagi proses penyembuhan luka. Membuka-tutup mulut, menyikat gigi dan mengunyah makanan akan merangsang produksi air liur. Air liur mempunyai efek membersihkan mulut dan efek menyembuhkan luka yang sangat ampuh.

Pencabutan gigi memang sebaiknya dihindari. Tapi kalau memang tidak dapat dipertahankan lagi, harus dijalani. Bila terpaksa dijalani, pencabutan gigi bukanlah sesuatu yang menakutkan. Proses penyembuhannya juga bukanlah sesuatu yang yang perlu dikuatirkan. Biarkan luka sembuh secara wajar.

Semua komentar / pertanyaan yang Anda tuliskan, tidak akan langsung tayang, melainkan dimoderasi terlebih dulu. Jadi tidak perlu menuliskannya berulang-ulang. 

Silakan baca dulu sebelum bertanya di kolom komentar. Ada banyak pembaca lain yang mengalami masalah yang mirip denganmu dan sudah saya jawab pertanyaannya. Demi efisiensi tenaga dan waktu, pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang mirip tidak akan ditayangkan.



Kalau tulisan ini dan komentar-komentar di bawah ini belum menjawab pertanyaan Anda, masih ada beberapa tulisan lain di warung ini yang berhubungan dengan pencabutan :  
Setelah pencabutan gigi


Penyembuhan luka bekaspencabutan gigi

Si bungsu yang bermasalah  

Sering kali saya mendapat pertanyaan, "Apakah ini wajar?" , "Apakah ini normal?". Maaf, saya tidak bisa menjawab karena saya tidak mempunyai kemampuan paranormal untuk memeriksa kondisi Anda. Kalau Anda merasa yang Anda alami tidak wajar atau normal, kembalilah ke drg yang mencabut gigi Anda. Drg Anda lebih berkompeten untuk menjawab dibandingkan saya. Begitu juga soal perawatan dan pengobatan, saya tidak mempunyai kompetensi untuk melakukannya secara online. 



Penyembuhan luka bekas pencabutan gigi


Tulisan ini dibuat untuk melengkapi tulisan pertama berjudul Setelah pencabutan gigi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul menanggapi tulisan tersebut. 

Setelah pencabutan, di dalam rongga mulut ada luka yang terbuka. Luka dalam rongga mulut memang terlihat besar, karena ada rongga bekas gigi “menancap”. Namun jarang sekali dokter gigi melakukan penjahitan pada luka bekas pencabutan karena memang tidak diperlukan. Lubang yang ditinggalkan merupakan lubang alamiah, tidak seperti lubang bekas peluru yang menancap pada kulit, misalnya. Jadi tidak perlu dijahit.


Luka yang disebabkan karena pencabutan gigi merupakan luka yang paling cepat sembuh dibandingkan luka-luka di bagian tubuh yang lain. Hal ini disebabkan karena luka di dalam rongga mulut terus berkontak dengan air ludah yang mengandung bahan-bahan  alami untuk menyembuhkan dan memulihkan luka.

Setelah pencabutan, biasanya rongga bekas gigi ditekan dengan tampon atau kapas. Efek tekan didapat dengan cara menggigitnya selama 1 jam. Tujuan penekanan ini adalah untuk menutup pembuluh-pembuluh darah kapiler sehingga darah tidak keluar lagi. Setelah 1 jam, perdarahan akan berhenti. Di  permukaan terluar luka akan terbentuk beku darah. Beku darah ini merupakan tahap awal proses penyembuhan luka. 

Selanjutnya akan terbentuk jaringan baru pada lubang bekas gigi selapis demi selapis. Proses pembentukan jaringan baru umumnya selesai dalam waktu 2 sampai 4 minggu, hingga seluruh lubang tertutup. Karena beku darah merupakan bagian proses penyembuhan, beku darah ini harus dijaga agar tidak hilang. Berkumur-kumur, meludah berulang-ulang dan menghisap-hisap daerah bekas luka akan menyebabkan beku darah lepas. Kalau sampai lepas, akan terjadi perdarahan lagi. Karena itu, ketiga tindakan di atas tidak boleh dilakukan sama sekali selama 24 jam. 

Pertanyaan yang sering muncul karena larangan ini adalah : Kalau sikat gigi, bagaimana? Kalau ada air ludah, bagaimana? Saya mual saat menghirup bau obat di kapas, mau muntah, bagimana nih? Kalau ada makanan masuk, bagaimana?

Menyikat gigi tetap harus dilakukan, tapi daerah luka boleh tidak disikat untuk sementara. Setelah itu, berkumur tanpa perlu mengocok-ngocok air di dalam mulut dan keluarkan air bekas berkumur perlahan-lahan. Biarkan air bekas berkumur mengalir ke luar dengan cara menundukkan kepala. Tidak perlu disemprotkan. 

Begitu juga dengan air ludah. Air ludah memang seringkali diproduksi lebih banyak setelah pencabutan. Kalau mau dibuang, biarkan mengalir ke luar dengan menundukkan kepala. Kalau bisa menelannya, itu lebih baik. Dan ingatlah, semakin dipikirkan, air ludah akan semakin banyak diproduksi. 

Rasa mual akibat kehadiran benda asing di dalam mulut sebagian besar diakibatkan karena menghirup nafas melalui mulut. Karena itu, bila mulai terasa mual, tariklah nafas dalam-dalam melalui hidung dan lanjutkan dengan nafas teratur secara sadar. Dengan cara ini, rasa mual biasanya akan hilang.

Bila ada makanan yang masuk ke daerah luka, biarkan saja. Jangan mencungkilnya dengan apapun, karena tidak terjamin kebersihannya. Makanan tidak akan masuk ke dalam lubang, karena sudah tertutup oleh beku darah. Setelah 1 hari, pemeliharaan kebersihan mulut sudah dapat dilakukan seperti biasa, dengan menyikat dan berkumur pada waktu yang tepat. Jadi semua kotoran di atas luka dapat dibersihkan. 

Kalau semua larangan telah dihindari, proses penyembuhan luka akan berlangsung dengan baik.  Bila setelah 2 jam pencabutan, masih ada perdarahan sebaiknya kembali ke dokter gigi untuk mendapatkan tindakan yang tepat. Tapi tidak perlu terburu-buru juga, karena seringkali yang diduga sebagai perdarahan sebetulnya bukan perdarahan melainkan rembesan sedikit darah yang bercampur air liur. Air liur biasanya meningkat produksinya bila ada benda asing di dalam mulut. Air liur bercampur rembesan sedikit darah memberi kesan seolah-olah ada perdarahan. Dalam keadaan seperti ini, tidak perlu pergi ke dokter gigi, karena keadaan ini akan pulih dengan sendirinya. Yang penting dijaga supaya rembesan  tidak bertambah besar dengan tidak berkumur-kumur dan menghisap-hisap daerah luka.


Sebagian besar pencabutan gigi tidak menimbulkan masalah berarti bila semua larangan dihindari dan tidak memerlukan penanganan khusus oleh dokter gigi sesudahnya. 


Silakan baca dulu sebelum bertanya di kolom komentar. Ada banyak pembaca lain yang mengalami masalah yang mirip denganmu dan sudah saya jawab pertanyaannya. Demi efisiensi tenaga dan waktu, pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang mirip tidak akan saya jawab lagi.


Kalau tulisan ini dan komentar-komentar di bawah ini belum menjawab pertanyaan Anda, masih ada Beberapa tulisan lain di warung ini yang berhubungan dengan pencabutan :  
Setelah pencabutan gigi
Masalah yang kadang-kadangmuncul setelah pencabutan gigi
Si bungsu yang bermasalah