Selasa, 22 September 2015

Ada masalah dengan gigi? Jangan cari solusi disini

Jaman sekarang, saat informasi mudah sekali didapat melalui internet, judul seperti ini memang tidak populer. Tapi saya tetap harus menulis ini karena warung ini tidak mau menyajikan bualan, apalagi solusi instan. Di halaman depan warung ini sudah ditulis,bahwa warung ini hanya menyajikan infomasi bukan solusi dan warung ini tidak bisa menggantikan konsultasi di ruang praktek dokter gigi. Solusi sakit gigi memang hanya bisa didapatan di ruang paktek dokter gigi yang nyata.

Meskipun sudah ditulis di halaman depan, tidak sedikit orang(banyak, tepatnya) yang menanyakan solusi di sini. Karena itu saya sengaja menyajikan tulisan ini sebagai salah satu "dagangan" di warung ini.

Sebagian besar masalah gigi dan gusi terjadi karena ada kerusakan pada gigi dan gusi.  Bila kerusakan sudah cukup luas akan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit, bengkak, perubahan warna, berkurangnya fungsi merupakan gejala-gejala kerusakan dan dapat dirasakan.  Gejala saja tidak dapat menunjukkan jenis kerusakan yang terjadi, seberapa besar kerusakan yang terjadi, apalagi pengobatan apa yang dapat diberikan.

Perlu ada pemeriksaan langsung dengan melihat, menyentuh, meraba, mungkin dengan mengetuk, melakukan tes denagn beberapa alat bantu, melihat ekspresi wajah, postur tubuh dan banyak hal lain. Tidak jarang perlu bantuan foto Röntgen, atau penyinaran bila kerusakan terlalu luas sehingga tidak terlihat dengan pemeriksaan biasa. Dari pemeriksaan-pemeriksaan ini baru dapat ditentukan diagnosanya dan rencana perawatan sebagai solusinya.

Bahkan dalam beberapa kasus, diagnosa yang didapat masih salah dan baru diketahui pasti setelah dilakukan pembersihan dengan menggunakan bor atu mesin berputar lainnya.

Hampir semua solusi masalah sakit gigi atau gusi  berupa tindakan pada gigi atau gusi. Jarang sekali berupa pemberian obat minum, oles atau kumur saja. Karena itulah hampir tidak ada solusi di warung ini. Warung ini hanya menyediakan informasi, hal yang mungkin tidak sempat dijelaskan oleh dokter gigi di ruang prakteknya.

Karena itu saya mohon.....tolong tidak lagi menanyakan solusi untuk masalah sakit gigi atau gusi Anda. Energi saya sungguh terkuras untuk menjawab pertanyaan yang sama untuk sebagian besar dagangan saya di warung ini, "Minta solusinya, dok", "Apa yang harus saya lakukan, dok?" dan yang sejenisnya. Jawabannya satu, pergilah ke tempat paktek  dokter gigi.

Kalau saya tidak disibukkan pertanyaan-pertanyaan sejenis ini lagi, saya punya waktu untuk menulis dagangan lain di warung ini.

Ini curhat pertama saya di warung ini. Memang bukan dagangan, tapi perlu dibaca oleh setiap pengunjung warung ini.

Sabtu, 11 Juli 2015

GIGI KEROPOS BUKAN PENYAKIT KETURUNAN

Beberapa hari yang lalu ada seseorang berkonsultasi denganku melalui email. Karena kasusnya sangat umum terjadi, aku menuliskannya kembali di sini. Tentunya dengan persetujuan pengirim email yang namanya saya sembunyikan dan dengan sedikit perubahan dalam susunan kalimat dan menghilangkan beberapa kalimat basa-basi.

Pertanyaan :

Saya D...., 31 tahun di Semarang. Ada penyakit parah di gigi saya, yaitu gigi keropos, mudah berlubang dan mudah pecah walaupun warna tetap putih. Gangguan ini terasa sejak SMP (usia sekitar 16 tahun). Yang jadi pertanyaan kenapa gigi saya semudah itu keropos. Sejak dulu saya sudah ganti-ganti pasta gigi bertujuan merawat gigi saya,namun gigi tetap rusak juga. 5 tahun lalu setiap ada indikasi lubang, saya langsung ke dokter untuk nambal. Namun 3 tahun kemudian ada 4 gigi yang saya tambalkan malah pecah.

Sekarang pakai gigi palsu karena saya sangat menjaga estetika mengingat saya adalah seorang dosen PTS dan karyawan bumn yang harus berkumpul dengan banyak orang, Saya sudah berupaya mencegah gigi saya utuh namun tetap tidak bisa. Menurutku ini keturunan karena ibuku giginya juga patah semua ketika usia 30 an, ternyata gigi mbak buyut (nenek ibu)  juga ompong semua dan ini menurun ke nenek saya (orang tua dari ibu). Kedua kakak saya tidak separah saya. Mereka hanya ompong 2 gigi, Menurutku karena gen mereka di dominasi gen bapak yang jenis gigi bapak saya yang agak kuat. Tapi saya sepertinya mirip gen ibu dengan kondisi gigi kurang kuat.

Saya bingung juga karena dokter mengatakan bahwa penyebab gigi keropos adalah karena kurang perawatan. Kadang iri juga, ketika pulang kampung dan melihat para petani tradisional yang jarang perawatan gigi (jarang gosok gigi, apalagi ke doketer) tapi kebanyakan mereka giginya bersih dan putih tanpa cacat. Sedangkan secara nutrisi gigi saya sudah berupaya memanuhi toh hasilnya gigi tetap rusak juga.
Apakah benar ada penyakit keturunan gigi rusak seperti ini? Terima kasih dok. Kami tunggu saran dan jawabannya.

Jawaban :

Gigi keropos memang bukan penyakit keturunan. Yang mungkin diturunkan adalah kebiasaan makan dan perawatan gigi sehari-hari. Benih gigi tetap mulai terbentuk saat anak berusia 2 tahun. Saat itu, bila makanan bayi tidak memenuhi kebutuhan mineral pembentuk gigi, akan menghasilkan benih gigi yang kurang kuat. Karena itulah, susu sangat dianjurkan bagi bayi karena banyak mengandung kalsium.

Susu bukan sumber utama kalsium. Banyak makanan lain yang mengandung kalsium. Jadi meskipun orang Indonesia jaman dulu belum terlalu terbiasa dengan susu, belum tentu giginya tidak kuat jika sejak bayi sudah makan makanan yang banyak mengandung kalsium. Kebiasaan memberi jenis makanan tertentu saat anak-anak biasanya diturunkan secara tradisi. Mungkin inilah yang membuat gigimu, ibu, nenek dan mbah buyut tidak mempunyai struktur yang kuat.

Mengenai nutrisi penguat gigi. Di usiamu sekarang ini, tidak ada pengaruhnya lagi terhadap kekuatan gigi. Nutrisi pembentuk gigi hanya diperlukan saat pembentukan gigi, yaitu dari usia 2 hingga 17 tahun. Setelah itu tidak ada makanan yang dapat memperkuat gigi.

Ini baru satu kemungkinan. Hal lainnya, saat gigi sudah mulai tumbuh. Meskipun struktur gigi kurang kuat, tapi kalau pola makan dan perawatan tepat, gigi tidak akan menjadi keropos. Penyebab gigi keropos adalah sisa makanan yang melekat ada gigi. Termasuk di antaranya susu, teh manis dan camilan. Semua makanan yang mengandung karbohidrat berpotensi menyebabkan gigi keropos. Sisa makanan yang menempel pada gigi tidak selalu terlihat. Setipis dan sehalus apapun akan berpotensi menyebabkan gigi keropos.

Karena itulah, sesudah makan harus menyikat gigi. Bangun tidur bukannya "kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi", karena sesudah itu masih harus sarapan. Yang benar adalah sikat gigi setelah sarapan. Begitu juga di malam hari. Sikat gigi dilakukan sebelum tidur. Setelah itu tidak lagi minum susu atau teh manis. Di tengah waktu-waktu makan utama, jika makan camilan atau minum teh manis, sebaiknya berkumur supaya sisa makanan yang melekat lepas.

Jadi yang mungkin diturunkan di keluargamu adalah tradisi minum teh manis atau makan camilan, atau kebiasaan menyikat gigi saat bangun tidur. Gigi tetap pertama kali tumbuh di usia sekitar 6 tahun. Umumnya anak seusia itu masih belum punya kesadaran sendiri untuk menjaga kebersihan mulut. Bila anak tidak dibiasakan menjaga kebersihan gigi, gigi inilah yang pertama kali menjadi keropos. Setelah dewasa, gigi inilah yang akan lebih dulu rusak.

Gigi keropos tidak terjadi secara tiba-tiba. Mulainya dari lubang kecil yang tidak terlihat. Pada gigi tetap, kristal pembentuk gigi bentuknya seperti kerucut. Bagian atas bentuknya lancip, dasarnya melebar. Bentuk kerusakan gigi mengikuti bentuk kristal itu. Di luar kecil, makin ke dalam makin besar. Saat orang menyadari ada lubang kecil di gigi, bagian dalamnya sudah besar.

Karena sulit mendeteksi dini sendiri, maka dianjurkan untuk memeriksakan ke dokter gigi 6 bulan sekali. Sehingga kalau dijumpai lubang kecil saja, langsung ditambal sebelum bertambah besar. Anjuran ini hanya untuk orang2 yang giginya tidak ada masalah. Kalau sudah ada masalah, apalagi masalahnya banyak, seluruh masalah harus diselesaikan dulu. Baru setelah itu periksa rutin 6 bulan sekali.

Ada baiknya anda ke dokter gigi untuk membereskan seluruh gigimu, bukan hanya untuk menambal lubang gigi yang kamu temukan sendiri. Karena ada kemungkinan, sebetulnya sejak SMP itu, sudah banyak gigi dengan  lubang-lubang kecil. Namun karena tidak segera ditambal, lubang menjadi besar sehingga beberapa tahun kemudian menjadi keropos.

Mengenai orang lain di kampung yang terlihat giginya putih dan sehat, belum tentu kenyataannya seperti yang terlihat. Yang dapat terlihat saat seseorang berbicara bahkan tertawa, biasanya hanya gigi depan atas dan sedikit gigi belakang bawah. Itupun hanya satu permukaan saja. Gigi putih belum tentu tidak berlubang.