Kamis, 21 Februari 2008

Setelah pencabutan gigi

Ditulis oleh Melinda


Cukup banyak orang yang mengeluhkan sakit, perdarahan atau pembengkakan yang terjadi setelah pencabutan gigi. Belum ada data yang menunjukkan secara pasti jumlah kasus seperti ini, tapi diperkirakan 5% dari pasien yang telah dicabut giginya mengalami perdarahan dan pembengkakan. Sebagian besar keluhan itu muncul sebagai akibat perlakuan yang salah terhadap luka bekas pencabutan.



Ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dihindari setelah pencabutan gigi, yaitu :


  • Gigit kapas yang dipasang di atas lubang bekas gigi kuat-kuat selama 1 jam. Hal ini dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Untuk membantu proses penghentian perdarahan, dapat dilakukan kompres pada pipi di daerah gigi yang dicabut dengan menggunakan es batu.







  • Bila masih ada perdarahan setelah kapas dibuang, masukkan air teh pahit dingin ke dalam mulut dan diamkan selama 2-3 menit.






  • Bila dalam waktu 2 jam sesudah pencabutan tidak ada tanda-tanda perdarahan berhenti, kembalilah ke dokter gigi anda. Mungkin diperlukan penjahitan pada luka atau pemberian obat anti perdarahan

  • Rasa sakit yang muncul setelah efek obat bius habis adalah hal lumrah. Hal ini dapat diatasi dengan obat analgesik yang dijual bebas di pasaran, seperti jenis parasetamol, asam asetil salisilat atau asam mefenamat. Gunakan hanya jika perlu saja.

  • Selama 24 jam tidak boleh berkumur, meludah dan menghisap-hisap daerah bekas pencabutan. Tindakan-tindakan tersebut dapat mengakibatkan beku darah yang sudah menutupi lubang bekas pencabutan akan terlepas sehingga akan terjadi perdarahan lagi.

  • Hindari makanan dan minuman panas, beralkohol, rokok selama 24 jam setelah pencabutan, karena semuanya memperlambat proses penyembuhan luka

  • Setelah 24 jam bila luka sudah tidak mengeluarkan darah sama sekali, dapat berkumur dengan air garam yang hangat untuk mencegah terjadinya infeksi pada bekas luka.
  • Bila terjadi pembengkakan pada hari berikutnya, kompres dengan air hangat dari luar maupun di dalam mulut.
Bila seluruh instruksi di atas sudah dilaksanakan, tapi pada hari ketiga rasa sakit, perdarahan, dan pembengkanan masih ada, sebaiknya pergi ke dokter gigi untuk mendapatkan pertolongan. 


Silakan baca dulu sebelum bertanya di kolom komentar. Ada banyak pembaca lain yang mengalami masalah yang mirip denganmu dan sudah saya jawab pertanyaannya. Demi efisiensi tenaga dan waktu, pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang mirip tidak akan saya jawab lagi.
 

Kalau tulisan ini dan komentar-komentar di bawah ini belum menjawab pertanyaan Anda, masih ada Beberapa tulisan lain di warung ini yang berhubungan dengan pencabutan :  

Kamis, 14 Februari 2008

Si Bungsu yang sering bermasalah

Ditulis oleh Melinda


Usia anda sudah mencapai lebih dari 20 tahun, namun tanpa diduga, tahu-tahu ada gigi baru yang tumbuh di belakang. Tidak usah heran. Anda tidak sendirian, banyak orang yang mengalami hal ini. Dalam keadaan normal, gigi geraham ketiga, atau yang sering disebut sebagai gigi bungsu memang baru tumbuh pada usia di atas 17 tahun. Disebut normal, artinya gigi tumbuh pada tempatnya dan dengan arah yang sama seperti gigi-gigi lainnya.

Jenis makanan yang makin lama makin mudah dicerna menyebabkan ukuran rahang manusia makin mengecil bila dibandingkan nenek moyangnya. Pada jaman purba, manusia mengkonsumsi daging mentah tanpa diolah terlebih dahulu, jadi makanan harus dikunyah dalam waktu lama supaya dapat ditelan. Proses pengunyahan yang panjang ini akan memacu pertumbuhan rahang. Makin modern manusia, jenis makananpun semakin mudah dicerna. Saat ini hampir tidak ada orang yang mengunyah makanannya sampai 32 kali seperti yang dinasehatkan orangtua jaman dulu. Tidak heran kalau rahang manusia jaman modernpun makin kecil ukurannya, sementara jumlah gigi tidak berkurang. Akibatnya, tidak cukup ruangan di dalam mulut bagi ketigapuluh dua gigi untuk tumbuh dengan normal.

Akibat yang ditimbulkan

Ruangan yang tidak cukup akan menyulitkan pertumbuhan gigi bungsu. Kalau benih gigi bungsu sudah ada, secara alamiah dia akan berusaha untuk tumbuh terus hingga mencapai kontak dengan gigi antagonisnya. Di sinilah masalah dimulai. Si bungsu tetap nekad memaksakan kehendaknya untuk keluar meskipun tempat tidak ada! Akibatnya tidak hanya akan menimpa gigi di sebelahnya, tapi juga seluruh rongga mulut, bahkan leher, telinga dan bagian kepala lainnya.
Ruangan yang tidak memadai ini akan menyebabkan gigi bungsu mencari tempat yang menurutnya paling pas. Pas bagi si bungsu, belum tentu pas bagi gigi lainnya. Umumnya, posisi yang paling sering diambil oleh si bungsu adalah posisi miring atau bahkan tidur ke arah gigi di depannya. Dengan posisi seperti ini, dia akan terus tumbuh dengan arah yang sama. Selama belum mencapai kontak dengan gigi antagonisnya, dia akan terus tumbuh, apapun yang menghalanginya. Tekanan yang diterima oleh gigi di sebelahnya maupun tulang di sekitarnya akan menyebabkan rasa sakit yang tidak jelas tempatnya atau sakit kepala sebelah (migren). Selain itu, kadang-kadang menimbulkan bunyi berdenging di telinga yang berkepanjangan. Tekanan terus menerus dapat juga menyebabkan "termakannya" struktur gigi di sebelahnya, atau patahnya tulang rahang.


Bila dalam posisi miringnya gigi bungsu berhasil tumbuh menembus gusi, bentuk mahkotanya yang bergerigi menyebabkan terbentuknya daerah retensi makanan yang sulit dibersihkan. Gambar di sebelah ini sangat jelas memperlihatkan celah di antara si bungsu dan gigi di depannya. Akibatnya tentu saja bau mulut, juga pembentukan karies. Bila keadaan ini dibiarkan, lama kelamaan gigi di depannya akan berlubang besar.

Kadang-kadang si bungsu mengambil posisi di luar garis gigitan, misalnya tumbuh terlalu ke arah pipi. Akibatnya pipi bagian dalam akan sering terbentur olehnya dan menjadi luka. Demikian juga kalau tumbuh ke arah lidah, tepi tajam gigi akan melukai lidah.

Mengingat banyaknya akibat yang ditimbulkan oleh pertumbuhan si bungsu, dokter gigi umumnya menganjurkan pengangkatan gigi ini. Begitu si bungsu mulai terlihat tumbuh, sebaiknya segera diperiksa apakah posisi tumbuhnya mengganggu gigi lainnya. Hal ini bisa diketahui melalui pembuatan foto X-ray. Bila miring, sebaiknya segera diangkat tanpa harus menunggu munculnya gejala-gejala seperti di atas. Makin cepat diangkat, makin mudah proses pengangkatan sehingga makin kecil juga resiko yang mengiringinya.
Proses pengangkatan

Umumnya pengangkatan si bungsu dilakukan melalui sebuah operasi kecil yang dapat dilakukan di ruang praktek dokter gigi. Hanya pada kasus-kasus tertentu, misalnya bila si bungsu tertanam sangat dalam di dalam tulang, atau masuk ke dalam ruang sinus, dilakukan di kamar operasi. Bila keempat gigi bungsu (rahang atas dan bawah kiri dan kanan) muncul bersamaan, pengangkatan keempatnya sekaligus di kamar operasi akan memperkecil resiko operasi.


Operasi dimulai dengan menyuntikkan obat bius ke daerah di sekitar si bungsu. Setelah efek pembiusan berjalan, akan dilakukan penyayatan pada gusi di sekitar si bungsu dan dilanjutkan dengan pengambilan jaringan tulang di sekitar si bungsu. Hal ini dilakukan untuk membuang penghalang di sekitar si bungsu sehingga trauma fisik selama pencabutan tidak terlalu besar. 

Bila si bungsu telah berhasil dikeluarkan, gusi yang terbuka akan dikembalikan ke posisi semula dan dijahit. Penjahitan ini tidak bertujuan untuk menutup lubang bekas gigi, tapi mengembalikan posisi gusi ke tempat semula. Lubang bekas gigi dibiarkan tetap terbuka agar penyembuhan berlangsung alamiah, dari bagian dalam ke arah luar. Dalam beberapa hari, gusi yang dipotong saat operasi akan menyatu kembali.

Akibat yang biasa muncul setelah operasi pengangkatan si bungsu ini adalah rasa sakit, bengkak, kesulitan membuka mulut hingga 2-3 hari, rasa linu pada gigi di depan gigi bungsu. Inisemua adalah hal normal. Kejadian-kejadian di luar itu bisa saja terjadi, misalnya perdarahan yang terus menerus, rasa kebas yang tidak hilang atau luka yang tidak bisa menutup. Tapi hal-hal tersebut jarang muncul dan biasanya ada kondisi individual yang menyebabkan hal-hal luar biasa ini terjadi.


Sebagian besar pencabutan gigi tidak menimbulkan masalah berarti bila semua larangan dihindari dan tidak memerlukan penanganan khusus oleh dokter gigi sesudahnya. 


Silakan baca dulu sebelum bertanya di kolom komentar. Ada banyak pembaca lain yang mengalami masalah yang mirip denganmu dan sudah saya jawab pertanyaannya. Demi efisiensi tenaga dan waktu, pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang mirip tidak akan saya jawab lagi.


Kalau tulisan ini dan komentar-komentar di bawah ini belum menjawab pertanyaan Anda, masih ada Beberapa tulisan lain di warung ini yang berhubungan dengan pencabutan :  
Perdarahan setelah pencabutan gigi
Masalah yang kadang-kadang muncul setelah pencabutan gigPenyembuhan luka bekas pencabutan gigi  
Setelah pencabutan gigi

Sabtu, 02 Februari 2008

Bruksisme, pencuri di malam hari

Ditulis oleh Melinda seperti yang dimuat dalam Harian Kompas 1 April 2005

Pernahkah anda mengeluhkan sakit kepala atau telinga ketika bangun tidur dan kemudian rasa sakit ini perlahan-lahan menghilang seiring dengan mengingginya matahari? Kalau pernah, anda boleh mencurigai adanya pencuri yang bekerja pada rongga mulut anda selama anda tidur.

Pencuri itu ada di dalam tubuh anda sendiri, bernama bruksisme. Pencuri ini bekerja perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya anda merasakan gejala yang disebutkan di atas dan gigi anda mengalami kerusakan permanen.

Mengganggu teman tidur

Bruksisme adalah kebiasaan menggertakkan gigi, atau mengatupkan gigi geligi atas dan bawah dengan tekanan yang besar. Munculnya biasa terjadi pada malam hari, pada fase awal tidur. Tetapi ada juga yang mengalaminya pada siang hari. Kapanpun munculnya, kebiasaan itu merupakan kebiasaan yang tidak disadari.

Bruksisme umum terjadi di masyarakat kita. 50% sampai 96% orang dewasa pernah mengalaminya. Umumnya, kebiasaan ini tidak disadari oleh pelakunya, karena pada tingkat ringan kebiasaan ini tidak mengganggunya. Kebiasaan ini tidak mengganggu pelakunya, tapi justru mengganggu teman tidurnya, karena bunyi yang dihasilkan cukup keras. Seseorang baru menyadarinya setelah teman tidurnya memberitahu atau dokter giginya menemukan kelainan-kelainan dalam rongga mulutnya.

Gejala klinis awal berupa retakan pada gigi akibat bruksisme baru muncul setelah bertahun-tahun. Karena itulah sulit untuk memperkirakan, apalagi menghitung jumlah penderita bruksisme.

Gerakan yang merusak

Sampai saat ini, penyebab bruksisme tidak diketahui secara pasti. Diduga penyebab paling umum adalah faktor emosional, seperti stress di siang hari, kecemasan, kemarahan, rasa sakit dan fustrasi. Selain itu, oklusi (cara gigi geligi rahang atas dan bawah mengatup) yang tidak normal dan gigi ompong juga diduga menyebabkan bruksisme. Selain faktor-faktor penyebab di atas, bruksisme akan diperparah jika penderitanya mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu.

Ketika seseorang mengunyah makanan, tekanan yang ditimbulkan oleh gesekan gigi-geligi atas dan bawah diserap oleh makanan. Dalam keadaan tidak sadar, gerakan rahang menimbulkan tekanan yang jauh lebih besar daripada ketika mengunyah. Dan seluruh tekanan yang terjadi diserap oleh gigi geligi dan jaringan penyangganya. Tekanan yang terjadi kurang lebih 10 kali tekanan mengunyah normal. Bayangkanlah beban yang ditanggung oleh gigi geligi dan jaringan penyangganya.

Penulis yang bekerja sebagai praktisi pernah menjumpai kasus bruksisme yang sudah berlangsung cukup lama. Seluruh gigi belakang pada penderita bruksisme ini mempunyai permukaan yang datar, sehingga tidak memungkinkan lagi dipakai untuk mengunyah atau menghaluskan makanan.

Tanda lain yang sering dijumpai pada penderita bruksisme adalah terbentuknya cekungan di daerah perbatasan mahkota dan akar gigi. Cekungan ini terjadi karena email di bagian ini tipis, sehingga patah ketika mendapat tekanan berlebihan. Tanda ini sering disalah-tafsirkan sebagai akibat kesalahan dalam menyikat gigi.

Tanda-tanda klinis yang disebutkan di atas biasanya tidak menimbulkan keluhan, kecuali bila gigi menjadi sensitif terhadap dingin, tekanan dan rangsangan lain. Seseorang dengan bruksisme memerlukan waktu bertahun-tahun untuk merasakan gangguan bagi dirinya sendiri. Pada tingkat lebih lanjut, gigi bisa goyang, bahkan lepas dari soketnya.

Selain gejala pada gigi, keluhan yang umum dirasakan adalah rasa sakit dan lemas pada rahang bawah atau wajah ketika bangun tidur. Ada juga yang mengeluhkan rasa sakit kepada atau telinga pada pagi hari. Gejala-gejala ini umumnya hilang seiring dengan berjalannya hari.

Pengobatan

Sampai saat ini belum ada terapi yang pasti untuk mengobati bruksisme, karena penyebabnya juga tidak diketahui dengan pasti. Biasanya dokter gigi akan menganjurkan penggunaan plat pelindung yang digunakan pada malam hari. Plat ini menutupi permukaan kunyah seluruh gigi, untuk mengurangi besarnya tekanan akibat bruksisme terhadap gigi-geligi yang dilindungi. Plat ini tentu saja tidak akan menghilangkan kebiasaan menggertakkan gigi.

Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan ini, mulai dari pengasahan gigi secara selektif, penggunaan obat anti depresi dan suplemen mineral sampai hipnotis. Ada juga alat dapat yang dipakai selama tidur yang berfungsi untuk membuat penderita terbangun ketika gerakan abnormal terjadi. Pilihan terapi yang akan digunakan biasanya disesuaikan dengan dugaan faktor penyebabnya.