Tampilkan postingan dengan label Warung dokter gigi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Warung dokter gigi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Mei 2014

Perawatan orthodonti

Perawatan orthodonti adalah perawatan yang sebagian besar dilakukan untuk memperbaiki posisi gigi-gigi yang dianggap tidak bagus, misalnya gigi yang berdesak-desakan atau gigi depan terlalu maju ke depan. Masih banyak lagi kasus-kasus yang dapat diatasi dengan perawatan orthodonti. Perawatan dimulai sejak persiapan ruangan untuk pergeseran gigi, bisa berupa pencabutan gigi maupun memperbesar ukuran rahang. Setelah ada ruangan, gigi-gigi yang bermasalah digeser dengan tenaga yang berasal dari tarikan kawat.



Usaha menarik gigi ke posisi yang baru ini ternyata tidak hanya berdampak pada gigi saja, tapi juga jaringan penyanggah gigi, yaitu gusi, tulang dan jaringan ikat di sekitar gigi. Jaringan penyanggah ini merupakan jaringan yang solid dan menyatu dengan gigi. Jadi meskipun ada gigi yang dicabut, tidak terlalu mudah ruangan bekas gigi yang dicabut itu diisi oleh gigi yang lain. Jadi selama pergeseran gigi ke tempat yang baru, harus ada penyusutan jaringan penyanggah untuk memberi jalan bagi pergeseran gigi. Sementara itu di bagian yang ditinggalkan harus tumbuh jaringan baru agar gigi tetap dapat tersanggah dengan baik.



Masalahnya muncul ketika besar daya tarikan kawat begitu besarnya, sehingga proses pergeseran gigi jauh lebih cepat daripada proses pembentukan jaringan baru pada penyanggah. Teknologi penciptaan alat orthodonti berkembang terus sehingga kecepatan pergeseran gigi dapat dibuat semakin cepat, namun kecepatan proses pembentukan jaringan secara alamiah tidak pernah berubah. Tidak ada teknologi yang dapat mempengaruhi proses alamiah itu. Bahkan, makin tua seseorang, proses itu akan makin melambat. Akibatnya, orang yang menggunakan alat orthodonti cekat sering mengalami gigi goyang.



Tentunya dapat dimengerti juga mengapa setelah gigi mencapai posisi yang diharapkan, harus ada retainer. Retainer ini gunanya untuk mempertahankan posisi yang telah dicapai, sampai proses pembentukan jaringan penyanggah gigi selesai. Waktunya bervariasi, tergantung usia dan besarnya pergeseran gigi, bisa 1, 2 atau 3 tahun. Selama jaringan penyanggah gigi belum bisa berfungsi sebagai penyanggah yang baik, retainer belum boleh dilepas. Secara umum dokter gigi biasanya menganjurkan penggunaan 24 jam sehari, kecuali waktu makan selama 2 tahun. Penghentian penggunaan retainer sebelum waktunya dapat mengembalikan gigi ke posisi semula seperti sebelum dirawat. Selain itu masih ada hal-hal lain lagi.

Gigi dalam rongga mulut sejak pertama kali berada di dalam mulut tidak pernah berdiri sendiri. Selalu tergantung pada gigi-gigi lainnya, baik gigi tetangga maupun gigi antagonisnya. Juga tergantung pada otot-otot wajah. Pada dasarnya, secara alamiah, posisi gigi-gigi di dalam mulut adalah posisi yang paling harmonis, meskipun mungkin tidak menarik. Artinya posisi inilah yang menentukan pola mengunyah, bentuk wajah, panjang otot di sekitar mulut. Bila diubah posisinya, maka semuanya juga berubah. Kalau posisi gigi-gigi baru setelah dirawat ternyata tidak harmonis, secara alamiah gigi-gigi akan berusaha kembali ke keadaan semula yang harmonis. Hal inilah yang membuat perawatan orthodonti tidak berhasil. Penyebabnya bisa karena rencana perawatan yang salah, sehingga alat yang digunakan tidak menghasilkan posisi yang tepat.

Perawatan orthodonti itu merupakan perawatan yang rumit, perlu direncanakan dengan cermat oleh dokter gigi. Ada perhitungan yang harus dilakukan pada ukuran-ukuran anatomis tulang-tulang wajah. Karena itu sebelum perawatan, harus dibuat foto rontgen cephalometri. Setelah selesai, harus dilakukan foto rontgen cephalometri lagi untuk mengevaluasi hasil perawatan. Bila foto rontgen tidak menujukkan hasil yang harmonis, berarti perawatan belum selesai . Berhati-hatilah mencari dokter gigi untuk melakukan perawatan orthodonti. Seringkali dokter tidak melakukan pembuatan foto rontgen foto pada akhir perawatan. Ini adalah hal yang gegabah.

Ada cara mudah untuk menguji apakah perawatan berhasil atau tidak. Katupkan rahang atas dan rahang bawah. Bila seluruh gigi depan dan belakang dapat berkontak bersama-sama, berarti perawatan berhasil. Percuma saja bila posisi ini tidak tercapai meskipun susunan gigi sudah rapi. Perawatan yang gagal, selain menyebabkan gigi kembali ke posisi semula, juga dapat menyebabkan perubahan letak persendian rahang bawah, perubahan panjang otot wajah bahkan ketegangan otot yang menyebabkan rasa sakit di kepala dan punggung.

Selasa, 15 Mei 2012

Gigi dicrown ?

Ditulis oleh Melinda


Dalam sebuah milis yang berusia sekitar 5 bulan tapi telah memiliki anggota lebih dari 100 milister, sempat muncul sebuah idiom olok-olok berkaitan dengan gigi, yaitu DICROWN. Mudah-mudahan tulisan di bawah ini cukup menjelaskan maksud GIGI DICROWN.

Istilah crown dalam dunia kedokteran gigi mempunyai arti yang sebenarnya, yaitu mahkota. Bagian gigi yang tampak di rongga mulut disebut mahkota (crown). Mahkota terbentuk berlapis dimulai dari lapisan email yang terletak paling luar, diikuti dentin dan kemudian rongga pulpa di bagian paling dalam yang berisi pembuluh darah, syaraf dan sel-sel pembentuk gigi. Bagian yang tidak kelihatan, tertanam di dalam gusi disebut akar.

Jadi tanpa harus dicrown, gigi sudah mempunyai mahkota. Tampaknya dewasa ini istilah crown lebih banyak digunakan untuk menunjuk mahkota tiruan. Istilah ini pasti muncul dari kalangan dokter gigi juga. Mungkin istilah mahkota tiruan dianggap kurang keren , sehingga dipakai istilah lain yang berbau asing : crown. Dalam tulisan ini selanjutnya istilah crown akan dipakai menggantikan istilah mahkota tiruan, semata-mata karena lebih pendek, sehingga lebih cepat ditulis.

Crown umumnya dipasang pada gigi untuk merestorasi gigi yang bentuknya tidak utuh, yang disebabkan oleh proses karies (penyakit gigi berlubang), patah, terkikis atau sebab lainnya. Crown dipakai juga untuk memperbaiki bentuk gigi yang terlalu kecil, posisi gigi yang tidak normal, warna gigi yang kurang baik. Masih ada beberapa hal khusus yang dapat diatasi dengan cara memasang crown pada gigi.


Crown sebagai bahan restorasi gigi

Gigi yang berlubang umumnya dapat direstorasi dengan bahan tambalan bila lubang belum terlalu besar. Artinya struktur gigi yang tersisa masih cukup banyak, sehingga dapat "memegang" bahan tambalan pada tempatnya. Bila lubang sudah sedemikian besarnya, sehingga meliputi dua atau tiga permukaan lebih, restorasi dengan bahan tambalan seperti amalgam, resin komposit atau ionomer kaca tidak akan dapat bertahan lama. Karena itu prinsip "gigi memegang bahan restorasi" harus diganti dengan "bahan restorasi memegang gigi". Di sinilah crown digunakan, karena bahan restorasi ini secara fisik akan terlihat seperti mahkota gigi sesungguhnya. Bukan hanya terlihat, tetapi juga menggantikan fungsi mahkota gigi sesungguhnya.

Gambar di sebelah ini menunjukkan 7 buah "crown yang memegang gigi". Ukuran crown dibuat sesuai dengan ukuran gigi asli, demikian juga bentuknya. Karena gigi belakang yang "dicrown", maka bentuknya juga disesuaikan dengan bentuk asli gigi belakang yang banyak memiliki tonjolan dan celah, sehingga dapat dipakai untuk mengunyah.



Untuk merestorasi gigi yang berlubang dengan crown, gigi harus diasah pada beberapa bagian untuk menyiapkan tempat bagi crown agar mempunyai ketebalan yang cukup. Ketebalan crown harus cukup agar tahan terhadap tekanan kunyah. Tapi juga tidak boleh terlalu tebal sehingga bila rahang bawah dan atas dikatupkan, crown tidak kontak lebih dahulu dengan gigi antagonisnya dibandingkan gigi lainnya.

Karena fungsinya untuk merestorasi gigi, crown juga dapat memperbaiki posisi gigi yang tidak pada tempatnya. Dengan mengasah sisi gigi yang menonjol lebih banyak dan di sisi lainnya lebih sedikit, crown dapat dipasang lebih ke arah dalam sehingga posisi gigi terkoreksi.

Bila gigi terlalu kecil sehingga menimbulkan celah yang cukup besar di antara gigi, pemasangan crown akan membuat gigi terlihat lebih bagus dan makanan tidak mudah menyelip di antara gigi.

Bahan crown

Saat ini crown dapat dibuat dari berbagai macam bahan, tergantung kebutuhan. Bila gigi yang akan dipasang crown adalah gigi depan, faktor estetik merupakan pertimbangan pertama, karena itu harus dibuat dari bahan yang dapat meniru warna gigi. Bahan yang sekarang ini ada di pasaran adalah akrilik, porselen dan logam berlapis porselen. Akrilik dapat meniru warna gigi, harganya tidak terlalu mahal, tapi mudah berubah warna dan terkikis karena proses mengunyah. Sedangkan porselen dapat meniru warna gigi, tidah mudah berubah warna dan tidak terkikis oleh prose mengunyah. Tingkat kesulitan yang tinggi dalam proses pembuatan crown dari porselen dan mahalnya bahan baku membuat tingginya harga crown dari porselen.

Logam berlapis porselen dibuat untuk bila gigi terlalu tipis sehingga tidak bisa diasah terlalu tebal untuk memberi tempat bagi restorasi porselen. Ruangan yang diperlukan logam tidak sebanyak yang diperlukan porselen, sehingga pengasahan gigi juga tidak terlalu banyak.

Untuk merestorasi gigi belakang, dapat digunakan bahan logam atau porselen. Porselen yang utuh tanpa celah mempunyai kekuatan yang sama dengan logam. Karena itu demi estetika, porselen sering digunakan untuk pembuatan crown pada gigi belakang. Logam merupakan bahan yang kuat terhadap tekanan kunyah dan tidak memerlukan ruang terlalu banyak sehingga pengasahan gigi lebih sedikit dibandingkan untuk pengasahan untuk porselen.

Selain itu, sekarang juga mulai digunakan bahan komposit resin sebagai bahan crown. Jika struktur gigi yang sehat masih banyak, bahan ini dapat dijadikan pilihan. Alasannya karena komposit resin tidak memerlukan ruangan terlalu banyak sehingga sisa gigi yang sehat tidak perlu diasah terlalu banyak. Perkembangan teknologi produksi komposit resin sudah sangat baik, sehingga memuaskan secara estetika. Warna komposit resin dapat disesuaikan dengan warna gigi asli, meskipun perubahan warna dapat terjadi setelah dipakai cukup lama karena pengaruh makanan. Selain itu belum ada yang dapat menggantikan kekuatan logam terhadap daya kunyah. Biasanya setelah 2 tahun, harus direstorasi ulang. Harga restorasi berbahan komposit resin relatif lebih murah dibandingkan porselen dan logam.


Dengan pertimbagan estetika dan fungsional, ada beberapa modifikasi terhadap model-model crown yang disebutkan di atas. Diantaranya crown logam dengan jendela porselen di bagian yang menghadap muka, jembatan yang merupakan rangkaian beberapa crown untuk menggantikan gigi yang sudah tidak ada, dan lain-lain.
Keputusan untuk membuat crown untuk merestorasi gigi dan pilihan jenis bahan yang digunakan sebaiknya didiskusikan dulu dengan dokter gigi, agar hasilnya memuaskan.

Kamis, 21 Februari 2008

Setelah pencabutan gigi

Ditulis oleh Melinda


Cukup banyak orang yang mengeluhkan sakit, perdarahan atau pembengkakan yang terjadi setelah pencabutan gigi. Belum ada data yang menunjukkan secara pasti jumlah kasus seperti ini, tapi diperkirakan 5% dari pasien yang telah dicabut giginya mengalami perdarahan dan pembengkakan. Sebagian besar keluhan itu muncul sebagai akibat perlakuan yang salah terhadap luka bekas pencabutan.



Ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dihindari setelah pencabutan gigi, yaitu :


  • Gigit kapas yang dipasang di atas lubang bekas gigi kuat-kuat selama 1 jam. Hal ini dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Untuk membantu proses penghentian perdarahan, dapat dilakukan kompres pada pipi di daerah gigi yang dicabut dengan menggunakan es batu.







  • Bila masih ada perdarahan setelah kapas dibuang, masukkan air teh pahit dingin ke dalam mulut dan diamkan selama 2-3 menit.






  • Bila dalam waktu 2 jam sesudah pencabutan tidak ada tanda-tanda perdarahan berhenti, kembalilah ke dokter gigi anda. Mungkin diperlukan penjahitan pada luka atau pemberian obat anti perdarahan

  • Rasa sakit yang muncul setelah efek obat bius habis adalah hal lumrah. Hal ini dapat diatasi dengan obat analgesik yang dijual bebas di pasaran, seperti jenis parasetamol, asam asetil salisilat atau asam mefenamat. Gunakan hanya jika perlu saja.

  • Selama 24 jam tidak boleh berkumur, meludah dan menghisap-hisap daerah bekas pencabutan. Tindakan-tindakan tersebut dapat mengakibatkan beku darah yang sudah menutupi lubang bekas pencabutan akan terlepas sehingga akan terjadi perdarahan lagi.

  • Hindari makanan dan minuman panas, beralkohol, rokok selama 24 jam setelah pencabutan, karena semuanya memperlambat proses penyembuhan luka

  • Setelah 24 jam bila luka sudah tidak mengeluarkan darah sama sekali, dapat berkumur dengan air garam yang hangat untuk mencegah terjadinya infeksi pada bekas luka.
  • Bila terjadi pembengkakan pada hari berikutnya, kompres dengan air hangat dari luar maupun di dalam mulut.
Bila seluruh instruksi di atas sudah dilaksanakan, tapi pada hari ketiga rasa sakit, perdarahan, dan pembengkanan masih ada, sebaiknya pergi ke dokter gigi untuk mendapatkan pertolongan. 


Silakan baca dulu sebelum bertanya di kolom komentar. Ada banyak pembaca lain yang mengalami masalah yang mirip denganmu dan sudah saya jawab pertanyaannya. Demi efisiensi tenaga dan waktu, pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang mirip tidak akan saya jawab lagi.
 

Kalau tulisan ini dan komentar-komentar di bawah ini belum menjawab pertanyaan Anda, masih ada Beberapa tulisan lain di warung ini yang berhubungan dengan pencabutan :  

Kamis, 14 Februari 2008

Si Bungsu yang sering bermasalah

Ditulis oleh Melinda


Usia anda sudah mencapai lebih dari 20 tahun, namun tanpa diduga, tahu-tahu ada gigi baru yang tumbuh di belakang. Tidak usah heran. Anda tidak sendirian, banyak orang yang mengalami hal ini. Dalam keadaan normal, gigi geraham ketiga, atau yang sering disebut sebagai gigi bungsu memang baru tumbuh pada usia di atas 17 tahun. Disebut normal, artinya gigi tumbuh pada tempatnya dan dengan arah yang sama seperti gigi-gigi lainnya.

Jenis makanan yang makin lama makin mudah dicerna menyebabkan ukuran rahang manusia makin mengecil bila dibandingkan nenek moyangnya. Pada jaman purba, manusia mengkonsumsi daging mentah tanpa diolah terlebih dahulu, jadi makanan harus dikunyah dalam waktu lama supaya dapat ditelan. Proses pengunyahan yang panjang ini akan memacu pertumbuhan rahang. Makin modern manusia, jenis makananpun semakin mudah dicerna. Saat ini hampir tidak ada orang yang mengunyah makanannya sampai 32 kali seperti yang dinasehatkan orangtua jaman dulu. Tidak heran kalau rahang manusia jaman modernpun makin kecil ukurannya, sementara jumlah gigi tidak berkurang. Akibatnya, tidak cukup ruangan di dalam mulut bagi ketigapuluh dua gigi untuk tumbuh dengan normal.

Akibat yang ditimbulkan

Ruangan yang tidak cukup akan menyulitkan pertumbuhan gigi bungsu. Kalau benih gigi bungsu sudah ada, secara alamiah dia akan berusaha untuk tumbuh terus hingga mencapai kontak dengan gigi antagonisnya. Di sinilah masalah dimulai. Si bungsu tetap nekad memaksakan kehendaknya untuk keluar meskipun tempat tidak ada! Akibatnya tidak hanya akan menimpa gigi di sebelahnya, tapi juga seluruh rongga mulut, bahkan leher, telinga dan bagian kepala lainnya.
Ruangan yang tidak memadai ini akan menyebabkan gigi bungsu mencari tempat yang menurutnya paling pas. Pas bagi si bungsu, belum tentu pas bagi gigi lainnya. Umumnya, posisi yang paling sering diambil oleh si bungsu adalah posisi miring atau bahkan tidur ke arah gigi di depannya. Dengan posisi seperti ini, dia akan terus tumbuh dengan arah yang sama. Selama belum mencapai kontak dengan gigi antagonisnya, dia akan terus tumbuh, apapun yang menghalanginya. Tekanan yang diterima oleh gigi di sebelahnya maupun tulang di sekitarnya akan menyebabkan rasa sakit yang tidak jelas tempatnya atau sakit kepala sebelah (migren). Selain itu, kadang-kadang menimbulkan bunyi berdenging di telinga yang berkepanjangan. Tekanan terus menerus dapat juga menyebabkan "termakannya" struktur gigi di sebelahnya, atau patahnya tulang rahang.


Bila dalam posisi miringnya gigi bungsu berhasil tumbuh menembus gusi, bentuk mahkotanya yang bergerigi menyebabkan terbentuknya daerah retensi makanan yang sulit dibersihkan. Gambar di sebelah ini sangat jelas memperlihatkan celah di antara si bungsu dan gigi di depannya. Akibatnya tentu saja bau mulut, juga pembentukan karies. Bila keadaan ini dibiarkan, lama kelamaan gigi di depannya akan berlubang besar.

Kadang-kadang si bungsu mengambil posisi di luar garis gigitan, misalnya tumbuh terlalu ke arah pipi. Akibatnya pipi bagian dalam akan sering terbentur olehnya dan menjadi luka. Demikian juga kalau tumbuh ke arah lidah, tepi tajam gigi akan melukai lidah.

Mengingat banyaknya akibat yang ditimbulkan oleh pertumbuhan si bungsu, dokter gigi umumnya menganjurkan pengangkatan gigi ini. Begitu si bungsu mulai terlihat tumbuh, sebaiknya segera diperiksa apakah posisi tumbuhnya mengganggu gigi lainnya. Hal ini bisa diketahui melalui pembuatan foto X-ray. Bila miring, sebaiknya segera diangkat tanpa harus menunggu munculnya gejala-gejala seperti di atas. Makin cepat diangkat, makin mudah proses pengangkatan sehingga makin kecil juga resiko yang mengiringinya.
Proses pengangkatan

Umumnya pengangkatan si bungsu dilakukan melalui sebuah operasi kecil yang dapat dilakukan di ruang praktek dokter gigi. Hanya pada kasus-kasus tertentu, misalnya bila si bungsu tertanam sangat dalam di dalam tulang, atau masuk ke dalam ruang sinus, dilakukan di kamar operasi. Bila keempat gigi bungsu (rahang atas dan bawah kiri dan kanan) muncul bersamaan, pengangkatan keempatnya sekaligus di kamar operasi akan memperkecil resiko operasi.


Operasi dimulai dengan menyuntikkan obat bius ke daerah di sekitar si bungsu. Setelah efek pembiusan berjalan, akan dilakukan penyayatan pada gusi di sekitar si bungsu dan dilanjutkan dengan pengambilan jaringan tulang di sekitar si bungsu. Hal ini dilakukan untuk membuang penghalang di sekitar si bungsu sehingga trauma fisik selama pencabutan tidak terlalu besar. 

Bila si bungsu telah berhasil dikeluarkan, gusi yang terbuka akan dikembalikan ke posisi semula dan dijahit. Penjahitan ini tidak bertujuan untuk menutup lubang bekas gigi, tapi mengembalikan posisi gusi ke tempat semula. Lubang bekas gigi dibiarkan tetap terbuka agar penyembuhan berlangsung alamiah, dari bagian dalam ke arah luar. Dalam beberapa hari, gusi yang dipotong saat operasi akan menyatu kembali.

Akibat yang biasa muncul setelah operasi pengangkatan si bungsu ini adalah rasa sakit, bengkak, kesulitan membuka mulut hingga 2-3 hari, rasa linu pada gigi di depan gigi bungsu. Inisemua adalah hal normal. Kejadian-kejadian di luar itu bisa saja terjadi, misalnya perdarahan yang terus menerus, rasa kebas yang tidak hilang atau luka yang tidak bisa menutup. Tapi hal-hal tersebut jarang muncul dan biasanya ada kondisi individual yang menyebabkan hal-hal luar biasa ini terjadi.


Sebagian besar pencabutan gigi tidak menimbulkan masalah berarti bila semua larangan dihindari dan tidak memerlukan penanganan khusus oleh dokter gigi sesudahnya. 


Silakan baca dulu sebelum bertanya di kolom komentar. Ada banyak pembaca lain yang mengalami masalah yang mirip denganmu dan sudah saya jawab pertanyaannya. Demi efisiensi tenaga dan waktu, pertanyaan-pertanyaan dengan masalah yang mirip tidak akan saya jawab lagi.


Kalau tulisan ini dan komentar-komentar di bawah ini belum menjawab pertanyaan Anda, masih ada Beberapa tulisan lain di warung ini yang berhubungan dengan pencabutan :  
Perdarahan setelah pencabutan gigi
Masalah yang kadang-kadang muncul setelah pencabutan gigPenyembuhan luka bekas pencabutan gigi  
Setelah pencabutan gigi

Sabtu, 02 Februari 2008

Bruksisme, pencuri di malam hari

Ditulis oleh Melinda seperti yang dimuat dalam Harian Kompas 1 April 2005

Pernahkah anda mengeluhkan sakit kepala atau telinga ketika bangun tidur dan kemudian rasa sakit ini perlahan-lahan menghilang seiring dengan mengingginya matahari? Kalau pernah, anda boleh mencurigai adanya pencuri yang bekerja pada rongga mulut anda selama anda tidur.

Pencuri itu ada di dalam tubuh anda sendiri, bernama bruksisme. Pencuri ini bekerja perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya anda merasakan gejala yang disebutkan di atas dan gigi anda mengalami kerusakan permanen.

Mengganggu teman tidur

Bruksisme adalah kebiasaan menggertakkan gigi, atau mengatupkan gigi geligi atas dan bawah dengan tekanan yang besar. Munculnya biasa terjadi pada malam hari, pada fase awal tidur. Tetapi ada juga yang mengalaminya pada siang hari. Kapanpun munculnya, kebiasaan itu merupakan kebiasaan yang tidak disadari.

Bruksisme umum terjadi di masyarakat kita. 50% sampai 96% orang dewasa pernah mengalaminya. Umumnya, kebiasaan ini tidak disadari oleh pelakunya, karena pada tingkat ringan kebiasaan ini tidak mengganggunya. Kebiasaan ini tidak mengganggu pelakunya, tapi justru mengganggu teman tidurnya, karena bunyi yang dihasilkan cukup keras. Seseorang baru menyadarinya setelah teman tidurnya memberitahu atau dokter giginya menemukan kelainan-kelainan dalam rongga mulutnya.

Gejala klinis awal berupa retakan pada gigi akibat bruksisme baru muncul setelah bertahun-tahun. Karena itulah sulit untuk memperkirakan, apalagi menghitung jumlah penderita bruksisme.

Gerakan yang merusak

Sampai saat ini, penyebab bruksisme tidak diketahui secara pasti. Diduga penyebab paling umum adalah faktor emosional, seperti stress di siang hari, kecemasan, kemarahan, rasa sakit dan fustrasi. Selain itu, oklusi (cara gigi geligi rahang atas dan bawah mengatup) yang tidak normal dan gigi ompong juga diduga menyebabkan bruksisme. Selain faktor-faktor penyebab di atas, bruksisme akan diperparah jika penderitanya mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu.

Ketika seseorang mengunyah makanan, tekanan yang ditimbulkan oleh gesekan gigi-geligi atas dan bawah diserap oleh makanan. Dalam keadaan tidak sadar, gerakan rahang menimbulkan tekanan yang jauh lebih besar daripada ketika mengunyah. Dan seluruh tekanan yang terjadi diserap oleh gigi geligi dan jaringan penyangganya. Tekanan yang terjadi kurang lebih 10 kali tekanan mengunyah normal. Bayangkanlah beban yang ditanggung oleh gigi geligi dan jaringan penyangganya.

Penulis yang bekerja sebagai praktisi pernah menjumpai kasus bruksisme yang sudah berlangsung cukup lama. Seluruh gigi belakang pada penderita bruksisme ini mempunyai permukaan yang datar, sehingga tidak memungkinkan lagi dipakai untuk mengunyah atau menghaluskan makanan.

Tanda lain yang sering dijumpai pada penderita bruksisme adalah terbentuknya cekungan di daerah perbatasan mahkota dan akar gigi. Cekungan ini terjadi karena email di bagian ini tipis, sehingga patah ketika mendapat tekanan berlebihan. Tanda ini sering disalah-tafsirkan sebagai akibat kesalahan dalam menyikat gigi.

Tanda-tanda klinis yang disebutkan di atas biasanya tidak menimbulkan keluhan, kecuali bila gigi menjadi sensitif terhadap dingin, tekanan dan rangsangan lain. Seseorang dengan bruksisme memerlukan waktu bertahun-tahun untuk merasakan gangguan bagi dirinya sendiri. Pada tingkat lebih lanjut, gigi bisa goyang, bahkan lepas dari soketnya.

Selain gejala pada gigi, keluhan yang umum dirasakan adalah rasa sakit dan lemas pada rahang bawah atau wajah ketika bangun tidur. Ada juga yang mengeluhkan rasa sakit kepada atau telinga pada pagi hari. Gejala-gejala ini umumnya hilang seiring dengan berjalannya hari.

Pengobatan

Sampai saat ini belum ada terapi yang pasti untuk mengobati bruksisme, karena penyebabnya juga tidak diketahui dengan pasti. Biasanya dokter gigi akan menganjurkan penggunaan plat pelindung yang digunakan pada malam hari. Plat ini menutupi permukaan kunyah seluruh gigi, untuk mengurangi besarnya tekanan akibat bruksisme terhadap gigi-geligi yang dilindungi. Plat ini tentu saja tidak akan menghilangkan kebiasaan menggertakkan gigi.

Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan ini, mulai dari pengasahan gigi secara selektif, penggunaan obat anti depresi dan suplemen mineral sampai hipnotis. Ada juga alat dapat yang dipakai selama tidur yang berfungsi untuk membuat penderita terbangun ketika gerakan abnormal terjadi. Pilihan terapi yang akan digunakan biasanya disesuaikan dengan dugaan faktor penyebabnya.